Sabtu, 15 Juni 2013

PENIALAIAN MEDIA PEMBELAJARAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang  
Salah satu keberhasilan dalam proses pembelajaran siswa adalah sistem penilaian yang komprehensif. Karena siswa akan selalu mempersiapkan dan mengkaji ulang materi pembelajaran, sementara guru sebagai penilai dapat dengan mudah menentukan seberapa besar kemampuan anak didiknya.
Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif, maka pengelolahan nilai ini sangatlah penting adanya. Mengolah nilai yang di maksud adalah bagian dari program intruksional di sekolah dan menggambarkan kinerja siswa secara keseluruhan guna untuk mengetahui seberapa    besar tingkat pembelajaran selama waktu yang telah ditentukan.
Dalam berbagai bentuk hasil-hasil penilaian dapat dinyatakan bentuk : penggolongan (kalsifikasi), urutan jenjang (ranking), atau bentuk nilai dengan angka ataupun huruf. untuk keperluan ini harus dilaksanakan suatu usaha yang mepergunakan perhitungan-perhitungan statistik.
1.2. Tujuan Penulisan
1.1.1        Tujuan Umum
Untuk menambah pengetahuan tentang pengolahan nilai dan analisis hasil tes
1.1.2        Tujuan Khusus
1.    Diharapkan mahasiswa dapat mengerti definisi pengolahan nilai
2.    Diharapkan mahasiswa dapat mengerti skala penilaian
3.    Diharapkan mahasiswa dapat mengerti Distribusi
4.    Diharapkan mahasiswa dapat mengerti standar
5.    Diharapkan mahasiswa dapat mengolah nilai
6.    Diharapakan mahasiswa dapat menjelaskan nilai yang dibuat sendiri
7.    Diharapakan mahasiswa dapat menjelaskan analisis butir soal
8.    Diharapkan mahasiswa dapat menganalisa soal


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan didalam pendidikan, sehubungan dengan hal tersebut maka evaluasi merupakan alat untuk mengukur sampai dimana penguasaan murid terhadap bahan pendidikan yang telah diberikan. Begitu juga didalam media pembelajaran. Evaluasi media pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang digunakan dalam proses belajar mengajar tersebut dapat mencapai tujuan.Disamping itu juga evaluasi dimaksudkan untuk mengadakan perbaikan atau pergantian bila ternyata proses yang diterapkan dalam proses belajar mengajar tidak dapat mencapai tujuan.
Aspek penting lainnya pada evaluasi atau penilaian dalam pembelajaran tidak semata-mata dilakukan terhadap hasil belajar, tetapi juga harus dilakukan terhadap proses pembelajaran itu sendiri. Dengan evaluasi tersebut dapat dilakukan revisi program pembelajaran dan strategi pelaksanaan pembelajaran.
Evaluasi dimaksudkan untuk mengukur kemajuan suatu usaha berdasarkan tujuan yang hendak dicapai, evaluasi merupakan salah satu mata rantai kegiatan pendidikan dan ada yang dilakukan serempak dengan pengajaran, serta evaluasi hendaknya berkelanjutan dan menyeluruh.
2.1.1.      Tujuan dan fungsi evaluasi bagi proses belajar mengajar adalah:
1.      Sebagai umpan balik dalam memperbaiki proses belajar mengajar.
2.      Untuk mengetahui, mengukur atau menentukan kemajuan prestasi belajar.
3.      Untuk mencari data tentang tingkat kemampuan siswa, bakat, minat yang mereka miliki.
4.      Untuk mengetahui latar belakang siswa tertentu yang mengalami bantuan khusus karena mengalami kesulitan belajar.
2.1.2.      Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek evaluasi antara lain:
1.      Kurikulum/Materi
2.      Metode dan cara Penilaian
3.      Sarana Pendidikan/Media
4.      Sistem Administrasi
5.      Guru dan Personal Lainya.
6.      Output
2.1.3.      Tujuan Evaluasi Media Pembelajaran
Secara umum tujuan dan fungsi evaluasi pembelajaran telah dijelaskan diatas. Adapun  tujuan evaluasi media pembelajaran adalah sebagai berikut:
1.      Menentukan apakah media pembelajaran itu efektif
2.      Menetapkan bahwasannya media itu efektif dilihat dari hasil belajar siswa
3.      Memilih media pembelajaran yang sesuai untuk dipergunakan dalam proses belajar.
4.      Menentukan apakah isi pelajaran yang disampaikan sesuai dengan menggunakan media itu.
5.      Menilai kemampuan guru menggunakan media pembelajaran.
6.      Mengetahui apakah media pembelajaran itu benar-benar memberi sumbangan terhadap hasil belajar seperti yang dinyatakan.
7.      Mengetahui sikap siswa terhadap media pembelajaran.
2.1.4.      Ciri-ciri Efektif Media Pembelajaran
1.      Media yang digunakan sesuai dengan tujuan pengajaran.
2.      Pemilihan media harus berdasarkan konsep yang jelas. Artinya pemilihan media bukan didasarkan pada kesenangan guru, melainkan media tersebut harus menjadi bagian dari proses belajar-mengajar dan dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran siswa.
3.      Pemilihan media harus sesuai dengan karakteristik  atau tingkatan siswa.
4.      Kemudahan dalam memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah diperoleh.
5.      Seorang guru harus mampu menggunakan media yang telah dipilih.
6.      Tersedia waktu untuk menggunakannya, sehingga dapat bermanfaat bagi siswa.
7.      Sesuai dengan taraf berpikir siswa, sehingga makna yang terkandung di dalamnya dapat dipahami oleh para siswa.
2.1.5.      Cara Mengevaluasi Media Pembelajaran
Pada dasarnya evaluasi media pembelajaran termasuk juga dalam evaluasi terhadap pembelajaran. Karena suatu media juga termasuk dalam komponen proses pembelajaran.
2.1.6.      Tahapan-tahapan dalam evaluasi media pembelajaran:
1.        Evaluasi satu lawan Satu
Evaluasi tahap ini pilihlah dua orang atau lebih siswa yang dapat mewakili populasi target dari media yang anda buat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual.
2.        Evaluasi kelompok kecil
Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-20 orang siswa yang dapat mewakili populasi target.
3.        Evaluasi lapangan
Evaluasi lapangan merupakan tahap akhir dari evaluasi formatif, yang perlu anda lakukan adalah usahakan memperoleh informasi yang sebenar-benarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi diatas tentulah media tersebut mendekati kesempurnaannya. Namun dengan itu masih harus dibuktikan. Lewat evaluasi lapangan inilah kebolehan media yang kita buat itu diuji. Adapun prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:
1.        Pilih siswa sebanyak 30 orang yang betul-betul mewakili populasi. Dari berbagai karakteristik yang meliputi tingkat kepandaian, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar dan sebagainya.
2.        Jelaskan kepada siswa maksud uji coba lapangan dan hasil akhir yang diharapkan. Usahakan siswa bersifat relaks/santai dan berani mengeluarkan pendapat atau penilaian. Ingatkan kepada mereka bahwa uji coba bukan menguji kemampuan mereka.
3.        Bagikan angket kepada siswa untuk mengetahui menarik tidaknya media yang digunakan, mengerti tidaknya siswa terhadap pesan yang disampaikan oleh media tersebut, konsistensi tujuan dan materi dan cukup tidaknya latihan yang dilakukan.
4.         Lakukan analisa terhadap data yang diperoleh melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan, seprti mengenai waktu yang diperlukan, perbaikan dari bagian-bagian yang sulit, pengajaran serta kecepatan sajian dan sebagainya.
2.2. Definisi Pengolahan Nilai
Proses penilaian adalah suatu prroses membandingkan skor yang diperoleh tiap siswa dengan acuan yang dipakai penilaian aturan patokan atau penilaian aturan normal  (PAN atau PAP), yang hasilnya berbentuk nilai dengan skala 0 – 10 atau A – E. dalam proses tersebut dapat dilihat bahwa penskoran atau scoring adalah pemberian angka-angka terhadap prestasi seseorang sesudah melaksanakan suatu tugas tertentu. Setelah selesai pengukuran yang salah satu alatnya biasa disebut tes, barulah dilakukan perbandingan hasil pengukuran yang berbentuk biji/ skor dengan acuan yang dipakai yang dihasilkan nilai tersebut kita kenal dengan pemberian nilai atau granding.
2.3. Skala
Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.
1.         Beberapa Skala Penilaian
a)      Skala Bebas
Skala bebas, yaitu skala yang tidak tetap. Ada kalanya skor tertinggi 20, lain kali lagi 50. Ini semua tergantung dari banyak dan bentuk soal. Jadi angka tertinggi dari skala yang digunakn tidak selalu sama.
b)       Skala 1-10
Pada umumnya guru-guru di Indonesia mempunyai kebiasaan menggunakan skala 1-10 untuk laporan prestasi belajar siswa dalam rapor. Ada kalanya juga digunakan skala 1-10, sehingga memungkinkan bagi guru untuk penilaian yang lebih halus. Dalam skala 1-10, guru jarang memberikan angka pecahan, misalnya 5,5. Angka 5,5 tersebut kemudian dibulatkan menjadi 6. Dengan demikian maka rentangan angka 5,5 sampai dengan 6,4 (selisih hamper 1) akan keluar di rapor dalam satu wajah, yaitu angka 6.
c)      Skala 1-100
Memang diseyogyakan bahwa angka itu merupakan bilangan bulat. Dengan menggunakan skala 1-10 maka bilangan bulat yang ada masih menunjukkan penilaian yang agak kasar. Ada sebenarnya hasil prestasi yang berada diantara kedua angka bulat itu. Untuk itulah maka dengan menggunakan skala 1-100, dimungkinkan melakukan penilaian yang lebih halus karena terdapat 100 bilangan bulat. Nilai 5,5 dan 6,4 dalam skala 1-10 yang biasanya dibulatkan menjadi 6, dalam akala 1-100 ini boleh dituliskan dengan 55 dan 64.
d)     Skala Huruf
Selaian menggunakan angka, pemberian nilai dapat dilakukan dengan huruf A,B,C,D, dan E (ada juga yang menggunakan sampai dengan G tetapi pada umumnya 5 huruf lain).  Sebenarnya sebutan “skala” diatas ini ada yang mempersoalkan. Jarak antara huruf A dan B tidak dapat digambarkan sama dengan jarak antara B dan C, atau antara C dan D.
Dalam menggunakan angka dapat dibuktikan dengan gratis bilangan  bahwa jarak antara 1 dan 2 sama dengan jarak antara 2 dan 3. Demikian pula jarak antara 3 dan 4, serta antara 4 dan 5. Akan tetapi justru alasan inilah lalu timbul pikiran untuk menggunakan huruf sebagai alat penilaian. Untuk menggambarkan kelemahan dalam menggunkan angka adalah bahwa dengan angka dapat ditafsirkan sebagai nilai perbandingan. Siswa A yang memperoleh angka 8 dalam sejarah tidak berarti memiliki kecakapan sebanyak dua kali lipat kecakapan siswa B yang memperoleh angka 4 dalam rapor. Demikian pula siswa A tersebut tidaklah mempunyai 8/9 kali kecakapan C yang mendapat nilai 9. Jadi sebenarnya menggunakan angka hanya merupakan simbul yang menunjukkan urutan tingkatan. Siswa A yang memperoleh angka 8 yang memiliki prestasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa B  yang memperoleh angka 4, tetapi kecakapannya itu lebih rendah jika dibandingkan dengan kecakapan C. jadi dalam tingkatan prestasi sejarah urutan adalah C,A lalu B.
2.4. Pengertian Distribusi
Kata distribusi berasal dari bahasa inggris yaitu distribution Artinya Penyaluran, Pembagian, Pencaran
2.4.1. Distribusi Nilai
Distribusi nilai yang dimiliki oleh siswa-siswanya dalam suatu kelas didasarkan pada dua macam standar, yaitu:
a.      Distribusi Nilai Berdasarkan Standar Mutlak
Dengan dasar bahwa hasil belajar siswa dibandingkan dengan sebuah standar mutlak atau dalam hal ini skor tertinggi yang diharapkan, maka tingkat penguasaan siswa akan terlihat dalam berbagai bentuk kurva. Apabila soal-soal yang dibuat guru terlalu mudah, sebagian besar siswa akan dapat berhasil mengerjakan soal-soal itu dan tingkat pencapaiannya tinggi. Sebaliknya apabila soal-soal tes termasuk yang sukar maka pencapaian siswa juga sebaliknya pula. Namun demikian dengan standar mutlak ini mungkin pula diperoleh gambar kurva nomal jika soal-soal tes disusun oleh guru dengan tepat seperti gambaran kecakapan siswa-siswanya.
b.      Distribusi nilai berdasarkan standar relative
Telah diterangka di depan bahwa dalam menggunakan standar relative atau norm - referenced, kedudukan seorang selalu dibandingkan dengan kawan – kawannya dalam kelompok. Dalam hal ini tanpa menghiraukan apakah distribusi skor terletak dalam kurva juling positif atau juling negative tetapi dalam norm – referenced selalu tergambar dalam kurva normal.
2.5. Standar
2.5.1.       Standar Nilai
a.       Standard Nines/Stanines
Dari distribusi nilai, kita dapat membicarakan masalah standar nilai.
Pendapat Gronlund dalam distribusi nilai ini demikian. Skor – skor siswa direntangkan menjadi 9 nilai (disebut juga Standar Nines atau Stanines) seperti berikut ini.
STANINES
INTERPRETASI
9                                      4%
Tinggi (4%)
8                                      7%
Diatas rata-rata (19%)
7                                      12%
6                                      17%
Rata-rata
(54%)
5                                      20%
4                                      17%
3                                      12%
Dibawah rata-rata
(19%)
2                                       7%
1                                       4%
Rendah (4%)
Dengan adanya persentase yang ditentukan inilah maka semua situasi skor siswa dapat direntangkan menjadi nilai 1-9 diatas.
b.      Standar Enam.
Selain dengan stanadar Sembilan (stanines), ada pula yang menggunakan standar enam. Dalam hal ini, hanya berkisar antara 4-9, berikut persentasi penyebaran nilainya:
STANDAR ENAM
Interpretasi
9
8
7
6
5
4
5%
10%
20%
40%
20%
5%
Baik sekali
Baik
Lebih dari cukup
Cukup
Kurang
Kurang sekali
Penyebaran nilai denga standar enam yang dimaksud, adalah berikut:
1.      10% siswa yang mendapat nilai tertinggi diberi nilai 9
2.      20% dibawahnya diberi 8
3.      40% dibawahnya diberi 7
4.      20% dibawahnya diberi 6
5.      5% dibawahnya diberi 5
6.      5% dibawahnya diberi 4
Dalam hal yang sangat khusus dimana siswa yang dianggap sangat cerdas ataupun sangat kurang, dapat diberikan nilai 10 atau 3.
c.       Standar Eleven (Stanel)
Standar ini dikembangkan oleh Fakultas Ilmu Pendidikan UGM yang sesuai dengan system penilaian di Indonesia. Dengan stanel ini, system penilaian membagi skala menjadi 11 golongan yaitu angka-angka dari 0-10, yang satu sama lain berjarak sama. Tiap-tiap angka menempati interval sebesar 0,55 SD, bertitik tolak dari Mean = 5 yang menempati jarak antara -3,025 SD sampai +3,025 SD.
Bilangan-bilangan persentil untuk menentukan titik dalam Stanel ini adalah: P1, P3, P8, P21, P39, P61, P79, P92, P97 & P99. Dasar pemikiran Stanel ini dalah bahwa jarak praktis dalam kurva normal adalah 6 SD yang terbagi atas 11 skala.
11 skala           = 6 SD
                        Skala               = 6/11 SD
                                          = 0,55 SD
STANEL  ,0    ,1   ,2   ,3  ,4   ,5    ,6    ,7    ,8    ,9    ,10
d.       Standar Sepuluh
Untuk mengubah skor menjadi nilai, diperlukan dahulu:
1)      Mean (rata-rata skor)
2)       Deviasi Standar (simpangan Baku)
3)      Tabel konversi angka kedalam nilai berskala 1-10
Tahap-tahap yang dilalui dalam mengubah skor mentah menjadi nilai berskala 1-10 adalah sebagai berikut:
1.      Menyusun distribusi frekuensi dari angka-angka atau skor-skor mentah.
2.       Menghitung rata-rata skor (mean).
3.      Menghitung Deviasi Standar.
4.      Mentransformasi (mengubah) angka-angka mentah kedalam nilai skala 1-10


e.       Standar Lima
Kembali kepada Grondlund selain ia mengemukakan penyebaran nilai dengan angka, juga mengemukakan penyebaran nilai dengan huruf yang digambarkan dengan kurva normal sebagai berikut. [9]
                                        -1,5      -0.5      0,5       1,5       
           F       D         C         B         A
                                    7%    24%     38%   24%     7%
2.6.  Mengolah Nilai
Contoh pengolahan Nilai yang diperoleh dari ulangan harian, sebagai berikut:
1.      Nilai ulangan harian diperoleh dari hasil tes lisan atau tertulis dan dari pengamatan atau tes praktik/perbuatan.
2.      Hasil Ulangan harian yang diperoleh dari tes lisan, tertulis, dan tes praktik/perbuatan, setelah dikoreksi perlu diberi nilai (skor) 1-100 dengan diberi catatan dan komentar.
3.      Cara  menghitung nilai tes tertulis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
a.       Pilihan Ganda, setiap soal diberi skor 1
b.      Menjodohkan, setiap soal diberi skor 1
c.       Isian, setiap soal diberi skor 2
d.      Uraian, setiap soal diberi skor sesuai bobot soal. (Pada contoh di bawah ini, skor soal uraian ditetapkan 3)
            Contoh hasil pekerjaan tes Ali dalam mata pelajaran IPS sebagai berikut.
No
Bentuk Soal
Jumlah Soal
skor
Skor Maksimal
Skor Perolehan
Keterangan
1
Pilihan Ganda
10
1
10
7
2
Menjodohkan
5
1
5
3
3
Isian
10
2
20
10
4
Uraian
5
3
15
12
Jumlah
50
32
2.7. Nilai Tes Yang Dibuat Sendiri
 Menilai tes yang dibuat sendiri
1.      Meneliti secara jujur soal-soal yang sudah disusun, kadang-kadang dapat diperoleh jawaban tentang ketidakjelasan perintah atau atau bahasa, taraf kesukaran dan lain-lain kedaan soal.
2.      Mengadakan analisis soal (iem analysis) analisis soal adalah suatu prosedur yang sangat khusu terhadap butir tes yang telah disusun.
3.      Mengadakan checking validitas, validitas yang paling penting dari tes buatan guru dalah validitas konkuler, kita harus merumuskan tujuan setiap bagian pelajaran secara khusus dan jelas sehongga setiap soal dapat kita jodohkan dengan setiap tujuan khusus.
4.      Mengadakan checking reliabilitas, tes mempunyai reliabilitas tinggi adalah saat tes yang mempunyai daya pembeda.     
2.8. Analisis butir soal (item analysis)
Analisis butir soal bertujuan untuk mengadakan identifikasi soal-soal   yang baik , kurang baik, dan soal yang jelek. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang kejelekan sebuah soal dan petunjuk untuk mengadakan perbaikan.
Kapan sebuah soal dikatakan baik perlu diterangkan tiga masalah yang berhubungan dengan analisis soal, yaitu taraf kesukaran, daya pembeda, dan pola jawaban soal.
2.8.1.      Taraf kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar, soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Bilangan yang menunjukan kesukaran dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Besarnya indeks kesukaran antara 0,00 sampai dengan 1,0. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks 1,0 menunjukan bahwa soal itu terlalu mudah.
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai berikut :
1.      Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
2.      Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
3.      Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah.
2.8.2.      Daya pembedaan
Daya beda (discriminating power) adalah kemampuan butir soal membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dan rendah. Daya beda berhubungan dengan derajat kemampuan butir membedakan dengan baik prilaku pengambilan tes dalam tes yang dikembangkan. Daya beda harus diusahakan positif dan setinggi mungkin. Butir soal yang mempunyai daya beda positif yang tinggi berarti butir tersebut dapat membedakan dengan baik siswa kelompok atas dan kelompok bawah.
Sebuah butir soal yang baik adalah butir soal yang mempunyai daya beda positif dan signifikan. Daya beda akan positif apa bila jumlah siswa kelompok atas yang dapat menjawab dengan benar lebih banyak dari jumlah siswa kelompok bawah.
2.8.3.      Pola jawaban soal
Adalah distribusi testee dalam menentukan pilihan jawaban pada soal bentuk pilihan ganda. Pola jawaban soal diperoleh dengan menghitung banyaknya testee yang memilih jawaban a,b,c atau d atau yang tidak memilih jawaban manapun. Dari pola jawaban soal dapat ditentukan apakah pengecoh berfungsi sebagai pengecoh dengan baik atau tida. Pengecoh yang tidak dipilih sama sekali oleh testee berarti bahwa pengecoh itu jelas terlalu menyolok menyesatkan. Sebaliknya sebuah distraktor (pengecoh) dapat dikatakan berfungsi dengan baik apa bila distraktor tersebut mempunyai daya tarik yang besar bagi pengikut-pengikut yang kurang memahami konsep atau kurang menguasai bahan.
Sesuatu distraktor dapat diperlukan dengan 3 cara, yakni :
a.         Diterima, karena sudah baik.
b.        Ditolak, karena tidak baik.
c.         Ditulis kembali, karena kurang baik.
Cara penggunaan aplikasi analisis nilai dan butir soal ini sebagai berikut :
1.      Ganti daftar nama sesuai dengan daftar nama siswa Anda (kolom 2 sheet input)
2.      Sesuaikan kelasnya (kolom 3 sheet input)
3.      Kolom Nomor (kolom 1) disesuaikan dengan no absen siswa perkelas. Ganti kelas berarti nomor dimulai dari angka 1 kembali
4.      Untuk soal objektif, kunci jawaban dituliskan telebih dahulu
5.      Setelah langkah 1-4 selesai. Masukkan jawaban pilihan ganda (A,B,C,D atau E) dari siswa
6.      Masukkan nilai jawaban soal essai
7.      Keluaran dari input data berupa analisis soal objektif, daftar nilai siswa, dan daftar remidi per nomer. Bila diperlukan analisis penyebaran jawaban pilihan ganda siswa dapat dilihat di sheet ANALOBJ2
8.      Untuk mengecek nilai per kelas dapat dilihat pada sheet cek per kelas. Tinggal diketikkan nama kelas pada kolom kelas
9.      Jangan menghapus apapun selain yang berbackground hijau, terkecuali ingin mengganti rumus penilain sesuai kebutuhan
2.9. Menganalisa Soal
Hasil penilaian  belajar dianalisis untuk mendapatkan umpan balik tentang berbagai komponen dalam proses pembelajaran. Analisis hasil penilaian dilakukan dengan memperhatikan nilai yang diperoleh siswa pada ulangan harian (tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan  sikap, tugas, produk), ulangan tengah semester(tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan sikap, tugas dan produk), ulangan akhir semester (tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan sikap, tugas dan produk), dan ulangan kenaikan kelas (tes tertulis, lisan, praktik/perbuatan dan sikap, tugas dan pruduk).
Analisis untuk ulangan harian dan tengah semester ditekankan untuk memperoleh informasi tentang latar belakang dan faktor penyebab mengapa siswa memperoleh nilai kurang. Bagi anak yang memperoleh nilai kurang dari batas nilai minimal ketuntasan belajar akan diberi remedial, sedang bagi anak yang nilainya telah mencapai batas ketuntasan akan diberikan  pengayaan.
Analisis untuk ulangan akhir semester, ulangan harian dan tengah semester untuk menentukan nilai di rapor semester satu. Sedangkan analisis ulangan kenaikan kelas,  nilai ulangan harian, dan tengah semester dipergunakan untuk menentukan nilai rapor semester dua dan  kenaikan kelas. Selain itu analisis dilakukan untuk mengetahui ketuntasan belajar.
























BAB III
PENUTUP

3.1.  Kesimpulan
Kesimpulan bahwa proses penilaian adalah suatu prroses membandingkan skor yang diperoleh tiap siswa dengan acuan yang dipakai penilaian aturan patokan atau penilaian aturan norma (PAN atau PAP), yang hasilnya berbentuk nilai dengan skala 0 – 10 atau A – E. maka seorang  guru bisa mengukur tingkat perbedaan kecerdasan siswa dalam proses pembelajaran  yaitu guru mengukur dengan skala,konversi,dan rangking sehingga peserta didik/siswa bisa mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
3.2.  Saran
Adapun saran yang akan saya tulis mengenai hal-hal yang dibahas dalam makalah ini, yakni bahwa sudah jelas mata kuliah Evaluasi dan Media Pembelajaran sangatlah penting dan menunjang sekali terutama bagi para pengajar yaitu guru, dan kita sebagai mahasiswa yang identiknya menjurus pada keguruan, harus benar-benar memahami bagaimana Evaluasi dan Media Pembelajaran tersebut. Agar nantinya terlahir guru-guru yang profesional atau seorang pemimpin yang benar-benar pemimpin sejati.













DAFTAR PUSTAKA

            Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksar           Slamet. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
            Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, cetakan ketiga. Bandung: PT Remaja RosdaKarya.